Jurnalkitaplus - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah sebagai upaya meningkatkan status gizi masyarakat rupanya berimbas pada lonjakan harga ayam dan telur di pasar tradisional beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Bengkulu, Bandung, Bandar Lampung, dan Kulon Progo. Kenaikan harga ini terjadi karena meningkatnya permintaan terhadap ayam dan telur sebagai bahan utama dalam program tersebut.
Di Bengkulu, harga telur ukuran besar melonjak dari Rp 60.000 menjadi Rp 65.000 per karpet sejak awal pelaksanaan MBG, sedangkan di Kota Bandung, harga ayam potong naik hingga Rp 55.000 per kilogram dengan permintaan yang meningkat drastis membuat pedagang bahkan mencari pasokan hingga luar kota seperti Cirebon. Hal ini menunjukkan tekanan kuat pada pasokan ayam dan telur di tingkat peternak, sehingga memicu kenaikan harga yang tidak menentu.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengakui bahwa program MBG menjadi faktor utama kenaikan harga ayam dan telur karena kebutuhan yang meningkat signifikan dari ribuan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi. Data juga menunjukkan kenaikan harga telur ayam sejak awal Juni 2025 hingga Oktober 2025 mencapai 2,9 persen. Ekonom menilai bahwa lonjakan harga ini merupakan hasil kombinasi antara peningkatan permintaan akibat program MBG dan tantangan pasokan yang belum merata.
Sebagai respons, beberapa pihak mengingatkan perlunya evaluasi program MBG agar tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan pada pasar tradisional. Hingga Oktober 2025, program MBG telah melayani sekitar 36,7 juta penerima manfaat dengan target mencapai 82,9 juta pada Maret 2026, dengan alokasi anggaran mencapai Rp 335 triliun pada tahun depan. (FG12)

